Hamka Mahmud*
Sudah menjadi fitrah, penetapan awal Ramadhan di Indonesia sering berbeda. Ada yang lebih dahulu dan ada yang belakangan. Hal itu sudah terjadi sejak Indonesia merdeka, bahkan sebelumnya.
Kenapa demikian?
Menurut penulis, karena adanya dua benda langit yang ditakdirkan Allah sebagai pedoman dan penanda rotasi pergantian hari, pekan dan bahkan tahun, yakni.
{ هُوَ ٱلَّذِي جَعَلَ ٱلشَّمۡسَ ضِيَآءٗ وَٱلۡقَمَرَ نُورٗا وَقَدَّرَهُۥ مَنَازِلَ لِتَعۡلَمُواْ عَدَدَ ٱلسِّنِينَ وَٱلۡحِسَابَۚ
Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan (waktu). QS. Yunus: 5
Matahari dan Bulan disebut ayat di atas adalah dua benda langit yang penulis maksud. Selama ia ada di atas kepala kita dan selama insan mengadopsi dua metode yakni hisab dan rukyat. Maka potensi akan berbeda penetapan awal dan akhir Ramadhan terus bergulir dan bergelinding. Sebagaimana tatap bergulirnya waktu setiap saat.
Karena eksistensi dua benda langit tersebut. Sehingga populer dengan istilah metode hitungan kalender syamsiah dan metode hitungan kalender qamariah. Sunatullah, satu berpatokan matahari dan satunya berpatokan bulan.
Argumen lain, bahwa Allah tetapkan dua metode menghitung didalam pergantian hari, pekan dan bulan yakni di kisah Ashabul Kahfi. Pada kisahnya disebutkan ada dua angka dipisah yakni 300 tahun dan 309 tahun. Berikut ayatnya,
{ وَلَبِثُواْ فِي كَهۡفِهِمۡ ثَلَٰثَ مِاْئَةٖ سِنِينَ وَٱزۡدَادُواْ تِسۡعٗا }
Dan mereka tinggal dalam gua selama tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun. QS. Al-Kahfi: 25.
Pertanyaannya kenapa ada dua jumlah angka yang dipisah yakni tigaratus dan ditambah sembilan tahun? Kenapa tidak langsung disebut Ashabul Kahfi tidur 300 tahun lamanya di dalam goa tidur?
Jawabannya adalah karena adanya dua metode tersebut. Sehingga ada dua versi perhitungan yaitu 300 dan 309 tahun. Hal ini menurut penulis Tafsir Al-Munir, yakni Prof. Wahbah Zuhaili. Menurutnya versi 300 tahun adalah metode kalender syamsiah. Sedangkan versi 309 tahun adalah kalender qamariah. Hal ini diungkap dari salah satu dari tiga karya kitab tafsirnya yakni berjudul Al-Mausuah al-Qur'aniyyah al-Muyassarah.
Nah, dengan diketahuinya dua versi perhitungan kalender tersebut. Maka kemudian bagaimana sikap seorang muslim dengan adanya perbedaan penetapan awal masuk Ramadhan 1445 Hijriyah?
Jawabannya adalah mentolerir dan tak membesar-besarkan perbedaan yang telah sering terjadi. Jangan sampai seperti di Ramadhan 1444 H lalu. Ada yang menyalahkan dan mengklaim diri paling benar, lalu melontarkan ancaman di media sosial. Ingin memenggal kepala yang berada dengan dirinya dalam pelaksanaan Idul Fitri 1444 H. Karena mengancam secara vulgar. Maka kemudian ia dilaporkan ke aparat hukum. Ia pun ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara serta dipecat tempatnya bekerja.
Menyudahi Saling Menyalahkan
Mengamalkan apa yang diyakini kebenarannya dan tidak sinis pada yang tidak sepaham adalah cara sikap terbaik saat ini. Terutama menumbuhkan dan memelihara sikap toleransi. Baik itu, toleransi antar umat beragama dan toleransi internal umat beragama.
Penulis meyakini, bahwa boleh jadi Allah menerima kedua-duanya di dalam pelaksanaan penetapan awal Ramadhan. Dalilnya adalah kisah para sahabat Nabi Muhammad ﷺ yang berada dalam pelaksanaan shalat Azhar. Ketika diinstruksi oleh Nabi Muhammad ﷺ agar mereka shalat di Bani Quraizhah. Namun terjadi silang pendapat.
0 Komentar