Pengendara Mabuk di Suatu Sore

22.34
WWWW.TCMIRASANTIKA.COM - Saya baru saja pulang dari mengisi diskusi di sebuah radio di Pangkep. Saat duduk di angkot, tiba-tiba dari belakang ada motor melaju kencang dan menabrak trotoar. Sang pengemudi jatuh. Tak sadar. Dan, tak ada yang ingin mendekat.

Bersegera saya bilang Pak Sopir agar berhenti. Saya turun, dan memberanikan diri membantu si pengendara itu. Saya pinggirkan. Ada seorang lagi yang mau bantu. Saya bilang ke Pak Sopir untuk menunggu, tapi ia tidak mau menunggu, dan langsung tancap gas.

Pengendara laki-laki itu tidak ada salah apa-apa. Ia tidak tabrak orang, atau menabrak orang lain. Hanya menabrak trotoar, dan ia terjatuh, dan tidak sadarkan diri.

Setelah bertanya-tanya, rupanya lelaki itu baru saja minum minuman keras di salah satu tempat di Pangkep. Setelah minum, ia membawa lari motornya dengan kencang. Saat ia jatuh, tidak ada orang yang mau mendekat bantu. “Takut pak, jangan sampai kita dianggap pelakunya,” kata seorang warga. Ketakutan warga ketika hendak menolong kemudian disudutkan sebagai pelaku.

Bersama beberapa orang, saya kemudian berinisiatif untuk membawa lelaki malang itu naik angkot—bak terbuka—menuju Rumah Sakit Unhas, di Tamalanrea. Setiba di sana, beberapa keluarganya pun datang menjenguk. Memang tidak parah-parah amat sakitnya, tapi jauh di trotoar dan tidak ada yang bantu merupakan sebuah musibah yang cukup berbahaya.

Mabuk memang bahaya, apalagi jika setelah mabuk berkendara. Sudah banyak kasus kecelakaan yang diakibatkan oleh mabuk. Yang paling dekat adalah kasus seorang lelaki yang merebut stir mobil dari seorang sopir dan menabrak secara beruntun beberapa orang. Beberapa waktu lalu, di taksi sekitar Arteri Pondok Indah, tempat kejadian perkara tersebut, saya bertanya pada sopir pendapatnya terkait dengan kecelakaan tersebut. Sang sopir bilang, “Kecelakaan itu murni karena mabuk, akibat obat-obatan. Kalau karena mengantuk pasti ketika dia tabrak satu kali, dia langsung sadar, tapi ini tabrak satu lagi dan dia tabrak lagi kedua kalinya.” Begitulah gara-gara mabuk, pikiran jadi hilang, tidak sadar, dan mengakibatkan bahaya bagi orang lain.

Mabuk memang bahaya. Maka, semua kita seharusnya menjaga lingkungan masing-masing dari bahaya mabuk, baik yang dilakukan dengan cara-cara tradisional seperti miras-miras buatan sendiri, atau lem aibon dan sejenisnya, atau juga oplosan yang beberapa kasus menghilangkan nyawa. Peran kita semua, pemerintah dan masyarakat sipil haruslah bersama untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan obat-obatan dan merebaknya miras di masyarakat.
Kasus yang terjadi pada lelaki yang jatuh di trotoar di Pangkep, dan kasus-kasus kecelakaan lainnya adalah bukti bahwa mabuk itu membuat kita tidak sadar, tidak berpikir normal sebagaimana manusia, dan membahayakan diri-sendiri maupun orang lain.


Oleh : Yanuardi Syukur [Dosen dan Penulis Buku Biografi]


Previous
Next Post »
0 Komentar