Kehancuran Datang Jika Tidak Peduli | Kajian Da'i Kamtibmas seri (9)

23.26
WWW.TCMIRASANTIKA.COM - Awalnya barang ini hanya ada di sekitar rumahnya belum masuk ke dalam balainya, belum digunakan oleh keluarganya. Sementara ia tahu, disitu ada maksiat, bahwa barang itu dosa, itu melanggar hukum, perda, etika dan moral. Pembiaran dan tidak care ia lakukan disebabkan alibi bahwa bukan keluarga kami, bukan urusan kami, bukan tugas kami, bermasa bodoh. Sikap seperti ini, abai, cuek, masa bodoh, tidak care, berbahaya saudaraku, bisa membinasakan diri sendiri serta keluarga dan masyarakat sekitar.

Inilah contoh bahayanya :

Suatu ketika Ia tidak ada dirumah, sementara ia punya anak  yang langkah kakinya tidak bisa ia pantau, pergaulannya tidak ia batasi. Datanglah bencana itu merusak ketenangannya, masuk dalam rumah, mengganggu kedamaiannya. Saat buah hatinya dan kerabatnya menjadi pecandu barang terlarang sementara susah ia hentikan, disebabkan addict  (istilah yang kami gunakan di konselor BNN). Mentor saya sewaktu belajar konselor di Bogor, pernah berkata bahwa pecandu itu tidak sembuh, tapi pulih. Pertanyaannya. Apa beda sembuh dengn pulih ? Pulih itu, masih bisa ada kemungkinan pakai lagi. Sembuh itu sudah tidak mungkin pakai lagi. 

Kalau saya pribadi bisa kedua-duanya, sebab buat apa ada hidayah jika tidak yakin sembuh total. Jadi saya tidak sependapat jika hanya pulih, harusnya sembuh dan pulih. Narkoba (Al-Qur'an membedakan nama khamer) di Indonesia, kata Prof Dr. Dadang Hawari Ph.D "bahwa yang ditangkap itu hanya sedikit, yang beredar di masyarakat itu lebih banyak, ia seperti puncak gunung es". Sebabnya itu tadi, sikap abai dan tidak care hampir merata hinggap dihati warga Negara berpenduduk 200 juta lebih ini. Wal iyyadzu billah.

Inilah nuqilan hujjahnya, datangnya bencana ketika tidak peduli, : Al-A'raf ayat 163-164 :

"Lima taidzhuna qawmanillahu muhlikuhum aw muadzibahum adzaban syadidan, qaluu ma'dsiratan ila rabbikum wa la'allahum yattaquun. Falamma nasuu maa dzukkiru bih anjayna ladzina yanhauna anis sui wa akhasnal ladzina zhalamu bi azabin baisin bima kaanu yafsukun"_ 

Artinya : "Dan (ingatlah) ketika suatu ummat di antara mereka berkata: "(Mengapa kamu menasehati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?" Mereka menjawab: "Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertakwa.- Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik."

Otoritas penafsir menjelaskan Ayat pertama di sebutkan 3 kaum :
1. Kaum penyampai nasehat. 
2. Kaum abai, bermasa bodoh dengan kemaksiat  dan pelangaran hukum. 
3. Kaum pelaku maksiat dan pelanggar hukum. 

Sementara ayat kedua bersisa dua kaum saja yang disebut :
1. Kaum yang diselamatkan (penyampai nasehat). 
2. Kaum yang diazab yaitu kaum zalim (pelaku dosa) 

Pertanyaanya dimana kaum yang abai itu,yang tidak care itu, yang tidak respon itu, yang heran ketika ada da'i yang menasehati kaum pelaku dosa itu? Dimana? Dimana kira - kira saudaraku?. 

Jawabnya : Mereka dimasukkan dalam kaum Zalim yang ikut diazab disebabkan karena ia tidak peduli, abai, cuek dengan para pelanggar hukum dan pelaku dosa di sekitar mereka.

ALLAHUMA ZAYYIN NAA BIZINATIL IMAN WAJ'ALNA HUDATAN MUHTADIN 
"Yaa Allah hiasilah diri kami dengan hiasan iman dan jadikanlah kami mendapatkan petunjuk serta memberi petunjuk"


Penulis : Hamka Mahmud

Previous
Next Post »
0 Komentar