Lomba Domino Meresahkan Guru Di Maros

01.49

Hamka Mahmud*

Apa layak Maros disematkan "Kota Padommi" dengan mendapat lebel MURI lomba domino? Ini pertanyaan besarnya.

                                              Flayer lomba domino disebar di media daring

Pertanyaan di atas hanya dapat dijawab nanti setelah ajang Open Turnamen Domino PORDI jika dihadiri banyak peserta pada hari Jumat-Ahad 11-13 Agustus 2023 oleh warga Maros dan sekitarnya. Target penitia tidak muluk- muluk ingin pecahkan rekor MURI yaitu Maros Kabupaten paling banyak pemain dominonya. Satu lebel yang tidak membanggakan.  Wal iyyadzu Billah.

Hal ini adalah ajang lomba yang sepertinya bertentangan dengan nilai agama dan religiutas yang dianut warga Maros. Sebab Maros, kabupaten paling banyak pondok pesantrennya se Sulawesi Selatan berdiri. Temuan ini berdasar hasil penelitian penulis. Dengan judul disertasi yaitu: "Strategi Da'i Siber Indonesia POLRI dalam Mewujudkan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat di Kabupaten Maros."

                                       Cover buku disertasi penulis yang akan menjadi buku umum

Penulis berharap panitia pelaksana membatalkan niat dan targetnya MURI tersebut tercapai. Sebab mungkin kalangan panitia belum mengetahui kultur budaya yang dijunjung tinggi oleh warga Maros. Sehingga ingin menorehkan target MURI yang tak dapat dibanggakan. Sebab tidak mengandung unsur nilai dan etika agama.

Turnamen yang Ada Unsur Judinya

Untuk menilai satu pertandingan atau lomba tersusupi permainan judi yang haram menurut agama dalam Islam. Maka caranya melihat apakah lomba tersebut dipungut biaya pendaftaran. Sebagai pintu masuk untuk ikut bertanding.

Lomba Olimpiade, PON dan PORDA bukan judi. Sebab para  pesertanya tidak dipungut biaya pendaftaran. Mereka yang ikut ajang olah raga tersebut adalah utusan negara atau daerahnya masing-masing.  Sementara turnamen domino  yang diadakan oleh PORDI memungut biaya pendaftaran. Satu pasang calon peserta dipungut biaya pendaftaran sebesar Rp. 100.000. 

Total hadiah dijanjikan 100 juta bagi para juara. Jika peserta berjumlah 1000 pasang. Maka 100 juta itulah yang akan dibagikan kepada juara l, Il, III hingga juara VIII. 1000 peserta tidak sulit bagi panitia. Sebab ia menggandeng Pemda Maros ikut serta sebagai penyelengara. Jika satu kacamatan mengutus 100 orang atau 50 pasang peserta, maka dapat tercapai. Sebab ada 14 kecamatan di Kabupaten Maros.

Dari hitung-hitungan inilah penulis berpendapat bahwa ajang lomba tersebut mengandung unsur judi. Sebab indikasi judinya, adanya yang kalah dan menang. Menang dapat hadiah, yang kalah rugi dan tidak dapat apa-apa. Sebab tak kembali uang pendaftarannya.

Menurut agama permainan domino kalaupun tidak mengandung unsur judi, hanya dijadikan sebagai ajang permainan. Maka dikategorikan perbuatan sia-sia yang menyita waktu. Sementara hal yang sia-sia Allah peringatkan untuk dijauhi. Dalilnya.

{ وَٱلَّذِينَ هُمۡ عَنِ ٱللَّغۡوِ مُعۡرِضُونَ }

dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna, QS. al-Mu'minun 3

Mencantumkan Foto Pejabat

Penulis tidak tahu, apakah foto Bupati Maros dan Kapolres Maros AKBP Awaludin Amin, SIK., sudah seizinnya dipasang di flayer untuk menarik masyarakat ikut lomba? Sebab jika pejabat tersebut menyetujui fotonya dipasang. Maka secara tidak langsung mendukung lomba yang mengandung unsur judi dan jika terwujud rekor MURI, maka hal yang memalukan warga Maros.

Sebab akan mendapat julukan yang tidak etis dan bertentangan dengan nilai-nilai agama dan kultur budaya warga di Kabupaten Maros. Yaitu sematan kabupaten paling banyak pemain dominya. Astaghfirullah.

Penulis sebagai Da'i Kamtibmas yang direkrut oleh kepolisan dan sebagai Penyuluh Agama di Kementerian Agama Maros sangat keberatan dengan ajang lomba domino tersebut, yang bertekad mencetak rekor MURI.

          Bersama Kapolda Sulsel Irjen Pol Setyo Moempuni Harso, SH., MH acara jumat curhat

Sepertinya sebelum ajang lomba domino tahun ini. Ada juga lomba domino yang diselenggarakan salah satu pengembang perumahan real estate di Maros. Waktu itu, grup WA pada mubaligh di Maros ramai dan keberatan dengan ajang domino yang dilebeli dengan embel-embel olah raga tersebut.

Tapi waktu itu, para da'i hanya ribut di grup WA saja. Tak sampai protes pada panitianya. Sehingga ajang lomba tersebut sukses terlaksana. Mungkin dari pengalaman itulah, kembali penitia lomba membuat lomba domino yang lebih besar dan mencatut nama-nama pejabat bebagai suksesor acara mereka.

Meresahkan Tokoh Agama dan Guru 

Penulis menerima pengaduan dari tokoh masyarakat yang juga sosok guru. Ia keberatan dengan lomba domino tersebut yang  melibatkan guru SMP di Maros. Keresahannya diadukan pada penulis pada japri nomor WA. 

Ia menulis aduan, "kami kalangan guru sangat resah karena dimintai juga lansung sebagai peserta. Hal ini bertentangan dengan hati nurani dunia pendidikan." Lalu ia tambah kalimat aduannya. " Pemkab Maros katanya yang bikin kegiatan dipusatkan di permandian alam Bantimurung Maros." Tulisnya. Sebelumnya ia mengirim informasi dengan narasi.

"Maros mau adakan kegiatan begini (lomba domino), bahkan tiap sekolah disuruh kirim dua pasang utusan. Kira-kira MUI Maros setuju dengan kegiatan seperti ini?" Tanya ia kepada penulis japri lewat WA. "

Lalu aduannya tersebut, penulis teruskan kepada anggota MUI Kabupaten Maros. Jawab salah satu pengurus MUI Maros. Bahwa besok Jum'at akan rapat dengan membahas polemik lomba domino tersebut. 

Penulis diundang sebagai penyuluh untuk ikut rapat. Ini adalah hal yang penting, sebab lomba domino yang menargetkan rekor MURI tersebut akan diadakan pada Jumat 11-13 Agustus 2023 di permandian alam Bantimurung.

Peringatan Agama Untuk Panitia

Menurut penulis, semua penitia lomba domino adalah seorang yang muslim. Maka ia penulis peringati dengan ayat ini,

{ وَذَكِّرۡ فَإِنَّ ٱلذِّكۡرَىٰ تَنفَعُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ }

Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang mukmin. QS. Adz-Dzariyat: 55

                                              Kegiatan dakwah penulis di Rutan Polda Sulsel

Sebagai informasi kepada panitia. Bahwa pernah di Maros diisukan akan dibangun tempat mesum Doli. Akhirnya tokoh agama dan pemuda turun tangan bersama aparat untuk menemui eks pemilik kafe di Doli Surabaya. Akan tetapi ia kabur, lalu batalah rencana mereka tersebut.

Juga pernah pada awal Grand Mall Mandai ingin dibuka. Beredar isu tentang ornamen bangunan patung yang sangat banyak bertengger dipasang yang diidentikkan dengan simbol-simbol tertentu. Sehingga hal itu memicu demo kalangan aktivis pemuda muslim dan tokoh agama turun tangan. Akhirnya dibongkar patung tersebut. Lalu Grand Mall Mandai buka hingga saat ini, tidak ada yang perotes. Sebab mereka menghormati nilai agama, kultur dan budaya dianut oleh warga Maros. Penulis juga berharap pada panitia lomba domino menghormati nilai-nilai agama yang tumbuh dan berkembang di Maros.

BUATLAH LOMBA YANG TIDAK ADA UNSUR JUDINYA DAN TIDAK MERUSAK KULTUR KEAGAMAAN

*Hamka Mahmud Seri 782. Kajian Dai Kamtibmas/Penyuluh Agama Islam Non PNS/DANI-Dai Anti Narkotika/DASI (Da'i Siber Indonesia) BY:  HP: 081285693559

Previous
Next Post »
0 Komentar