Ironi, Jika Begini Hasilnya Haji Kita

15.35
وَلِلّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلاً وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ الله غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
. Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu** mengadakan perjalanan ke sana. Barangsiapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam.


Umar Bin Khattab Ra. Pernah berkata ada tiga macam orang ketanah suci mekah.
1. Berhaji karna Allah
2. Berhaji Karna Prestise/gensi
3. Berhaji karna ingin berdagang


Kita lihat sendiri bagaimana jemaah haji dari sulsel, begitu mereka pulang menginjakkan kaki ditanah air yang mencoolok pada mereka bukan tanda-tanda takwa yang nampak tetap pamer perhiasan dan pamer penampilan. Seolah tidak afdal jika mereka tidak berhias menampilakan perhiasannya dan mendahulukan adat yang bertentangan dengan agama. Aku punya penganlaman menyaksikan lansung bagaimana jamaah para jamaah haji ketika pulang.
Ketika serombongan jamaah haji singgah masjid Al Markaz Maros setiba dari bandara Hasanudin. Para jamaah haji yang dari salah satu kabupaten di sulbar. Berganti pakaian di aula almarkaz, mereka tidak malu hanya, "mohon maaf saya harus sebut". Hanya pake  kutang setelah melepasakan bajunya yang di pakai  sejak di perjalanan. Kemudian menggati pakainlan yang seperti dalam gambar ini, bahkan ada bajunya tambus pendang. Saya sempat mencari pengurus haji dan meminta mereka menegur jamaah tersebut yang tidak punya malu lagi membuka baju depan umum hanya untuk menggunakan pakaian adatnya. Jawaban dari pengurus haji itu. " tidak bisa pak kami tegur karna, tidak afdal katanya jika tidak di pakai pakaian kebesarnnya itu". Jadi pengurus haji sendiri tidak bisa berbuat apa-apa terhadap budaya negatif tersebut. Mungkinkah orang seperti ini dari tanah suci dapat haji mabrur. Pernah dalam satu pengajian pimpinan DDI Mangkoso AGH Prof. Dr. M. Farid Wajdi MA. Mengkeritik jemaah haji yang berpenampilan seperti ini.

Mari kita renungkan kisah Ulama yang bermimpi bahwa hanya satu orang yang di terima hajinya, agar kita tahu bahwa niat ikhlasalh yang menjdiakan haji seseorang babrur, jaka tidak ada niat yang ikhlas itu, boleh jadi mardud.

"Renungan Musim Haji"
HALAL BUAT KAMI, HARAM BUAT TUAN

Ulama Abu Abdurrahman Abdullah Bin Al-Mubarak Al Hanzhali Al Marwazi ulama terkenal di Mekkah yang menceritakan riwayat ini.
Suatu ketika, setelah selesai menjalani salah satu ritual haji, ia beristirahat dan tertidur.
Dalam tidurnya ia bermimpi melihat dua malaikat yang turun dari langit. Ia mendengar percakapan mereka :
“Berapa banyak yang datang tahun ini?”
tanya Malaikat kepada Malaikat lainnya.
“Tujuh ratus ribu,” jawab Malaikat lainnya.
“Berapa banyak mereka yang ibadah hajinya diterima?”
“Tidak satu pun”
Percakapan ini membuat Abdullah gemetar.
“Apa?”
ia menangis dalam mimpinya.
“Semua orang-orang ini telah datang dari belahan bumi yang jauh, dengan kesulitan yang besar dan keletihan di sepanjang perjalanan, berkelana menyusuri padang pasir yang luas, dan semua usaha mereka menjadi sia-sia?”
Sambil gemetar, ia melanjutkan mendengar cerita kedua malaikat itu.
“Namun ada seseorang,
yang meskipun tidak datang menunaikan ibadah haji, tetapi ibadah hajinya diterima dan seluruh dosanya telah diampuni. Berkat dia seluruh haji mereka diterima oleh Allah.”
“Kok bisa”
“Itu Kehendak Allah”
“Siapa orang tersebut?”
“Sa’id bin Muhafah tukang sol sepatu di kota Damsyiq (Damaskus sekarang)”
Mendengar ucapan itu, ulama itu langsung terbangun, Sepulang haji, ia tidak langsung pulang
ke rumah, tapi langsung menuju kota Damaskus, Siria.
Sampai disana ia langsung mencari tukang sol sepatu yang disebut Malaikat dalam mimpinya. Hampir semua tukang sol sepatu ditanya, apa memang ada tukang sol sepatu yang namanya Sa’id bin Muhafah.
“Ada, di tepi kota”
Jawab salah seorang tukang sol sepatu sambil menunjukkan arahnya.
Sesampai disana ulama itu menemukan tukang sepatu yang berpakaian lusuh,
“Benarkah anda bernama Sa’id bin Muhafah?” tanya Ulama itu
“Betul, siapa tuan?”
“Aku Abdullah bin Mubarak”
Said pun terharu, "Bapak adalah ulama terkenal, ada apa mendatangi saya?”
Sejenak Ulama itu kebingungan, dari mana ia memulai pertanyaanya, akhirnya ia pun menceritakan perihal mimpinya.
“Saya ingin tahu, adakah sesuatu yang telah anda perbuat, sehingga anda berhak mendapatkan pahala haji mabrur?”
“Wah saya sendiri tidak tahu!”
“Coba ceritakan bagaimana kehidupan anda selama ini.
Maka Sa’id bin Muhafah bercerita.
“Setiap tahun, setiap musim haji, aku selalu mendengar:
Labbaika Allahumma labbaika. Labbaika la syarika laka labbaika. Innal hamda wanni’mata laka wal mulka. laa syarika laka.
Ya Allah, aku datang karena panggilan-Mu.
Tiada sekutu bagi-Mu.
Segala ni’mat dan puji adalah kepunyaan-Mu dan kekuasaan-Mu.
Tiada sekutu bagi-Mu.
Setiap kali aku mendengar itu, aku selalu menangis
Ya Allah aku rindu Mekkah.
Ya Allah aku rindu melihat Ka'bah.
Ijinkan aku datang…
Ijinkan aku datang ya Allah...
Oleh karena itu, sejak puluhan tahun yang lalu setiap hari saya menyisihkan uang dari hasil kerja saya, sebagai tukang sol sepatu.
Sedikit demi sedikit saya kumpulkan. Akhirnya pada tahun ini, saya punya 350 dirham, cukup untuk saya berhaji.
“Saya sudah siap berhaji”
“Tapi anda batal berangkat haji”
“Benar”
“Apa yang terjadi?”
“Istri saya hamil, dan sering ngidam.
Waktu saya hendak berangkat saat itu dia ngidam berat”
“Suami ku, engkau mencium bau masakan yang nikmat ini?
“ya sayang”
“Cobalah kau cari, siapa yang masak sehingga baunya nikmat begini.
Mintalah sedikit untukku”
"Ustadz, sayapun mencari sumber bau masakan itu.
Ternyata berasal dari gubuk yang hampir runtuh. Disitu ada seorang janda dan enam anaknya.
Saya bilang padanya bahwa istri saya ingin masakan yang ia masak, meskipun sedikit.
Janda itu diam saja memandang saya, sehingga saya mengulangi perkataan saya.
Akhirnya dengan perlahan ia mengatakan :
“tidak boleh tuan”
“Dijual berapapun akan saya beli”
“Makanan itu tidak dijual, tuan” katanya sambil berlinang mata.
Akhirnya saya tanya kenapa?
Sambil menangis, janda itu berkata “daging ini halal untuk kami dan haram untuk tuan” katanya.
Dalam hati saya:
Bagaimana ada makanan yang halal untuk dia, tetapi haram untuk saya, padahal kita sama-sama muslim?
Karena itu saya mendesaknya lagi “Kenapa?”
“Sudah beberapa hari ini kami tidak makan. Di rumah tidak ada makanan. Hari ini kami melihat keledai mati, lalu kami ambil sebagian dagingnya untuk dimasak.
“Bagi kami daging ini adalah halal, karena andai kami tak memakannya kami akan mati kelaparan. Namun bagi Tuan, daging ini haram".
Mendengar ucapan tersebut spontan saya menangis, lalu saya pulang.
Saya ceritakan kejadian itu pada istriku, diapun menangis, kami akhirnya memasak makanan dan mendatangi rumah janda itu.
“Ini masakan untuk mu”
Uang peruntukan Haji sebesar 350 dirham pun saya berikan pada mereka.
”Pakailah uang ini untuk mu sekeluarga.
Gunakan untuk usaha, agar engkau tidak kelaparan lagi”
Ya Allah……… disinilah Hajiku
Ya Allah……… disinilah Mekahku.
Mendengar cerita tersebut Abdullah bin Mubarak
tak bisa menahan air mata.
Kisah ini memberi hikmah, bahwa membantu orang disekitar kita bisa jadi sama nilainya dengan pergi haji di mata Allah. 
Buat yang akan naik haji...
atau yang sudah berhaji...
Saudaraku ...Ingat...
Ada dua yang tidak kekal dalam diri manusia !
Yakni : *Masa* *Muda* dan *Kekuatan* *Fisiknya*
Jangan Lupa...Ada dua juga yang akan bermanfaat bagi semua orang !
Yakni : *Budi Pekerti yang luhur serta Jiwa yang ikhlas* memaafkan.
Perhatikan...Ada dua pula yang akan mengangkat derajat kemulian manusia ! Yakni : *Rendah* *hati* dan *suka* *meringankan* *beban* *hidup* *orang* *lain*.
Dan ada dua yang akan menolak datangnya bencana ! Yakni : Sedekah serta menjalin hubungan silaturrahim. Semoga kita menjadi orang orang yang dimuliakan Allah SWT amiin.

Seperti kisah yang diatas inilah yang mesti di tumbuhkan dalam diri jamah haji Indonesia khususnya dari sulsel, sifat empati dan simfati penderitaan sesama ornag-orang sekitar kita tetangga maupu kerabat. Bukan perhisaanya yang mencolok di dinampakkan karna ingin pamer, tetapi takwanya kepada Allah swt melalui menutup auratnya dan menampakkan rasa malunya berbuat dosa. Ini tugas kita semua para dai, ustaz dan ulama terlebih penyelengaranya agar menanamkan nilai-nilai akhlak mulia dan meluruskan niat mereka ketanah suci, sebab hanya jemaah haji dari sulawesi yang berpenampilan seperti ini.


Previous
Next Post »
0 Komentar